Sumatera Barat memang terkenal akan kuliner yang pedas. Tapi, bukan berarti makanan dan minuman manis, nggak turut meramaikan kuliner di ranah Minang ini - baik kuliner tradisional maupun yang kekinian. Bahkan, kuliner manis ini pun banyak yang diberikan pada anak-anak. Selain gula, kental manis juga sering dipakai untuk penghasil rasa manis pada cemilan. Bahkan seringkali dijadikan segelas minuman layaknya susu – untuk bayi dan balita pula. Dari sinilah, stunting juga turut berawal…
Talkshow tentang kental manis yang bisa menjadi penyebab stunting |
Apa kabar, teman-teman?
Duluuu… ketika remaja,
saya pernah diomelin almarhumah nenek, gara-gara bikin kopi instan segelas
gede.
“Minum kopi pakai gelas
segede itu, pasti ditambah gula kan?”
Orang tua yang udah
menahun membuat makanan dan minuman, tentunya tanpa melihat pun, beliau udah
tau, berapa sendok gula yang saya masukkan ke dalam kopi segelas gede itu.
“Pagi aja udah makan
gula 2 sendok. Padahal kopinya juga udah pake gula. Belum tentu seharian nggak
beli makanan atau minuman manis lagi. Belum lagi makan nasi yang ada zat
gulanya.”
Sejak itu, kopi instan
yang saya seduh, cuma segelas kecil, hahahah… Biar tetap berasa manis tanpa
dikasih gula tambahan. Bahkan lama-lama, ada kopi instan yang saya nggak suka,
karena rasanya yang kelewat manis.
Soal kesehatan dan gizi, nenek memang sangat concern. Taukah kamu, kalau saya makan dulu, di sebelah piring itu ada lidi, sebagai ancaman kalau saya nggak makan sayur, hahahah… Belum lagi soal jajanan. Bahkan hingga remaja dan dewasa pun semasa nenek masih hidup, takaran gula atau kental manis yang saya gunakan, tetap dipantau.
“Memangnya mau, masih
muda udah kena diabetes?”
Nenek juga berasal dari kampung ini. Orang dulu yang SD pun nggak tamat, kemudian merantau ke Jakarta. Makanya sedih, ketika sampai sekarang, di kampung ini ternyata masih ada yang terkena stunting, gizi kurang, karena pola makan dan pola asuh yang salah. Padahal kalau saya mengenal tetangga serta keluarga besar, setidaknya para orang-tua itu pada lulusan SMA. Tapi, kehidupan yang luas di kampung ini tentu beragam, bukan.
Bersama YAICI-lah saya
mengetahuinya…
Ibu-ibu menyimak talkshow tentang gizi di Kantor Wali Nagari Punggung Kasiak, Lubuk Alung |
Rabu, 4 Agustus 2023
lalu, Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia atau singkatnya bisa disebut
YAICI, bekerja sama dengan PP Muslimat NU, mengadakan talkshow tentang
gizi ibu dan anak di Kantor Wali Nagari Punggung Kasiak, kecamatan Lubuk Alung.
Kagetlah saya ketika
Mba Nila – teman yang merupakan salah satu tim YAICI mengadakan event gizi di SumBar ini. Yang lebih
kagetnya lagi, event-nya nggak jauh
dari rumah kami, hahahah… No wonder!
Talkshow
ini
pun diisi oleh para narasumber:
Ibu Elfi Delita – Kadis
DPPKN
Ibu Yuspita Lianti –
Ahli Gizi Puskesmas Lubuk Alung
Ibu Erna Yulia Sofihara
– Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU
Bapak Arif Hidayat –
Ketua Harian YAICI
Tak lupa kepada yang terhormat
Bapak Dodi Marten - Wali Nagari Punggung Kasiak, Lubuk Alung
Case 1: Gizi Seimbang Terutama untuk Ibu
Hamil dan Menyusui
Menu lauk dan sayur dalam 1 masakan, biar praktis |
Kampung kami memang
berada di daerah pantai. Jadi ikan, udang, serta hewan laut lainnya memang
segar-segar. Kalau banyak orang yang memasak ikan tongkol itu harus direbus lagi,
biar nggak keras, ikan-ikan di sini nggak perlu. Begitupun dengan harganya,
tentu lebih murah ketimbang udah dibawa ke kota atau daerah pegunungan.
Begitupun dengan
sayuran. Walau kita nggak tanam-tanam sendiri, tapi membeli di pasar pun masih
terjangkau. Juga dengan buah-buahan. Di kampung ini umumnya rumah orang
halamannya luas. Jadi ada yang menanam pohon pepaya atau jambu biji, serta
buah-buahan lainnya.
Makanya ibu ahli gizi
pun berpesan. Lengkapilah nutrisi makanan kita dengan lauk, sayuran, serta
buah. Nggak perlu yang mahal, tapi usahakanlah beragam. Terutama pada ibu-ibu
sejak awal kehamilan, gizi seimbang harus sangat diperhatikan. Bahkan
sebenernya disarankan sejak program kehamilan ya. Begitupun dengan ibu-ibu yang dalam masa menyusui, biar ASI yang diproduksi tercukupi kadar gizinya.
Case 2: Ketika MPASI Diberikan Sebelum
Bayi Genap 6 Bulan
Kemudian setelah bayi
lahir hingga 6 bulan, seharusnya cukuplah dikenyangkan dengan ASI eksklusif aja.
Tapi dari kasus yang ditemui di puskesmas Lubuk Alung, ada aja bayi yang
belum genap 6 bulan, udah dikasih makan pisang.
Biasanya karena si bayi
masih nangis, jadi sama ibu atau neneknya, dianggap belum kenyang. Kemudian
dikerokinlah pisang ambon. Padahal mungkin, bayi yang terlihat belum kenyang
ini, bisa juga karena ASI yang diproduksi kurang nutrisi.
Case 3: MPASI Pabrikan vs Memasak Sendiri
Ayam pop - bisa untuk menu MPASI, karena nggak pedas. Nggak perlu digoreng lagi, kalau untuk MPASI |
Setelah bayi genap 6
bulan, mulailah diperkenalkan makanan pendamping ASI atau MPASI. Demi yang
praktis, para ibu pun banyak yang tinggal membeli bubur bayi pabrikan, yang
terjual di supermarket dan minimarket.
Perlu saya ingatkan ya,
pemirsahhh... Walau di SumBar ini nggak ada Indo dan Alfa, tapi yang namanya
minimarket lokal itu ye banyak, hahahah… Oke lanjuttt…
Bubur pabrikan bukan
berarti nggak bagus. Tentu sangat menolong andai mau bepergian jauh, yang
nggak memungkinkan untuk memasak bubur. Serta kondisi darurat lainnya.
Tapi kalau untuk
keseharian di rumah, ibu ahli gizi pun berpesan. Alangkah baiknya ibu-ibu menyiapkan menu bubur sendiri yang lengkap
gizi seimbangnya. Ada nasi, lauk, serta sayur yang kemudian diblender atau
diulek halus.
Memang ini akan lebih
memakan waktu dan tenaga, ketimbang tinggal menyeduh bubur pabrikan aja. Tapi
bayi akan mendapatkan MPASI yang lebih fresh.
Case 4: Ketika Anak Udah Mengenal Jajan
dan Cemilan Manis
Kakak Giva yang makannya masih picky eater :D |
“Tidak ada orang yang
tidak punya rasa lapar, termasuk juga anak-anak.” Demikian ibu ahli gizi
bilang.
Tapi adakalanya, ketika
anak udah lapar, kemudian ibunya belum masak, dikasihlah
jajanan atau cemilan. Apalagi kalau jajanan itu berupa cemilan manis, yang bisa
mendatangkan rasa kenyang.
Kalau lama-kelamaan,
tentu asupan gizi anak pun jadi nggak seimbang. Anak pun jadi bisa terkena stunting.
Teman-teman, terutama
yang udah pada punya anak, tentu udah familiar sekali ya mengenai stunting. Sebuah kondisi di mana terjadi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, yang disebabkan oleh kekurangan
gizi kronis dan infeksi berulang.
Ciri utama dari
anak-anak yang terkena stunting ini
adalah tinggi badannya berada di bawah standar usianya. Tapi bukan berarti
ketika tinggi anak kurang, lantas udah pasti kena stunting. Cuman, kalau anak-anak yang terkena stunting, udah pasti perawakannya pendek.
Inilah makanya bayi dan
balita harus rutin dibawa ke posyandu. Biar dicek tumbuh kembangnya, sebelum
kena stunting.
Case 5: Kental Manis – Si Manis yang Juga
Bisa Menyebabkan Stunting
Bahaya pemberian kental manis seduh layaknya susu, pada bayi dan balita |
Sumatera Barat memang
terkenal akan kulinernya yang pedas. Tapi bukan berarti makanan dan minuman
manis enggak ada, haha… Baik yang tradisional, maupun jajanan kekinian pun udah
banyak di ranah Minang ini.
Selain gula, kental
manis juga turut menyumbang rasa manis pada makanan. Bahkan di kedai-kedai
ketupat, kopi instan cappuccino itu ada yang dijual dengan tambahan “susu”. Tentu bukan susu
bubuk full cream, melainkan kental
manis.
Sedari dulu memang udah
melekat kalau kental manis adalah susu. Padahal nyatanya itu merupakan
semacam sirup yang beraroma susu. Kadar gulanya melebihi 50%. Bukan berarti
nggak ada kadar susu sama sekali, tapi presentasenya jauh lebih kecil ketimbang
gula.
Kopi instan kemasan
yang udah pakai gula, ditambah kental manis lagi. Kemudian ini dijadikan
sarapan rutin. Bagi orang dewasa aja, lama kelamaan bisa mendatangkan diabetes,
jantung, serta obesitas, hingga kanker. Apalagi kalau diberikan secara rutin
pada balita dan anak-anak, bahkan lebih dari 1 kali.
“Emang anak-anak ngopi,
Nit?”
Ye kagak lah.
Tapi segelas kental manis yang diseduh, masih ada orang tua yang memberikan
pada balita dan anak-anak.
Makanya puskesmas Lubuk
Alung pun terus mengedukasi, kalau nggak sanggup beli susu formula, berikan
anak air tajin aja. Ketika masak menggunakan magic com, lebihkan airnya. Kemudian pas udah mendidih, ambil
airnya.
Adapula yang karena
kurangnya informasi bahwa kental manis bukanlah susu. Ini tugas semua
masyarakat untuk saling mengedukasi. Food
bloggers pun kami dihimbau untuk enggak lagi menggunakan kata “susu” saat
menulis kental manis.
Stunting
nggak melulu karena pola makan yang salah, tapi juga karena pola asuh yang
salah. Salah satunya ya perihal ngasih kental manis seduh layaknya susu.
Dianggap udah memenuhi nutrisi anak, ternyata malah jadi penyebab stunting.
Kental manis tetap
boleh dikonsumsi. Biasanya untuk campuran puding sebagai pengganti gula. Saya
senang pakai kental manis, karena ada aroma vanilla-nya. Untuk minuman pun juga
suka saya gunakan, sebagai pengganti gula juga.
Tetap dikonsumsi secara
bijak ya. Baik untuk orang tua, apalagi untuk anak-anak.
Tumbuh
Kembang Anak Bersama Puskesmas Lubuk Alung
Saat ini di puskesmas
Lubuk Alung tercatat ada 63 anak yang terkena stunting. Tapi kalau di daerah Punggung Kasiak, nggak ada anak yang
kena stunting, tapi gizi kurang ada.
Nah biasanya kalau gizi
kurang ini akan diberikan PMT Lokal selama 90 hari. Puskesmas juga akan bekerja
sama dengan Kantor Wali Nagari (setingkat kelurahan), untuk membuat program-program gizi
ibu dan anak.
Oke, ini dia sharing saya sehabis menyimak talkshow gizi ibu dan anak, tentang
bahaya stunting dan kental manis
ketika dianggap layaknya susu. Terima kasih YAICI dan PP Muslimat NU, udah berkunjung ke kampung ini.
Moga kembali datang dan menghadirkan talkshow
di kampung lainnya di Sumatera Barat ini.
Moga sharing-nya juga bermanfaat untuk teman-teman. Makasih banyak ya udah mampir.
Untung dulu mamaku memang melarang SKM ini, dan aku pun Krn ga doyan susu pada awalnya, jadi liat SKM memang ga tertarik 😄. Dan itu kebawa pas udh jadi ibu Skr. Ga pernah nyetok SKM. Kecualiiii ada niat mau bikin es buah atau puding kayak mba Nita.
ReplyDeleteTapi itupun cuma pake secukupnya, trus simpen kulkas, trus expired saking lupa kalo masih adaa 🤣🤣🤣.
Sejak itu aku lebih suka beli sachet mba kalo butuh SKM. Jadi ga mubazir.
Untung yaa Skr SKM udah diinfoin kalo bukan susu. Kebayang sih zaman dulu iklannya menipu banget. Dijadiin susu sebelum anak berangkat sekolah 😅
Iya Alhamdulillah ada yg sachet ya. Jadi kayak bikin pudding tuh cukuplah pake 1 atau 2 sachet, tergantung loyangnya. Jadi beli ketika mau masak aja :D
DeleteAku yang langsung tertampar dengan kebiasaan hidup jelekku ini 🥺🥺
ReplyDeleteHaha... Saya pun gak disiplin amat kok, Uni. Cuma memang untuk makanan manis lama2 jadi gak begitu doyan :D
DeleteDulu, masyarakat menyebut kental manis ini dengan 'susu' di depannya. Ternyata memang bukan susu. Untung semakin disosialisasikan ya. Menu makanan bergizi dan seimbang untuk tumbuh kembang anak bagus banget tuh seafood dan sayurannya. Kental manis sesekali paling buat olesan roti tawar aja supaya ga hambar hehehe :D
ReplyDeleteHuuh kadang gak selai, pakai kental manis aja ya :D
Deletekarena branding ny selalu nyebut in susu jadi kebawa2 sampai sekarang y ka
ReplyDeleteThat's right. Namanya udah branding, sangat melekat ya.
Delete