Kusta atau lepra merupakan salah satu penyakit menular yang ditakuti. Lalu, setelah sembuh dari kusta, bisakah Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) hidup bermasyarakat, termasuk dalam dunia kerja? Mari simak cerita lengkapnya...
Apa kabar, teman-teman?
Kusta atau lepra,
rasanya sejak kecil, sesekali saya mendengar tentang penyakit tersebut. Entah
dari televisi maupun ketika om tante atau orang-orang terdekat bercerita. Kata “kusta”
atau “lepra” yang terngiang di pikiran saya adalah... penyakit yang bikin
(maaf) jemari penderitanya jadi buntung-buntung.
Makin ke sini, saya pun
mencari tau informasi tentang kusta. Tentu biar nggak simpang siur juga pikiran
saya tentang penyakit ini. Serta biar bisa mengedukasi orang-orang terdekat
pula, andai di sekitar kita ada yang terkena kusta, maupun OYPMK.
Kusta atau lepra
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycrobacterium leprae.
Sejenis bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran
pernapasan.
Penyakit ini juga
disebut dengan hansen atau morbus hansen. Di Indonesia, angka penderita kusta juga
termasuk yang tertinggi. Bahkan di tahun 2020, menurut WHO, kusta di Indonesia termasuk
yang 3 terbesar di dunia, sebanyak 8%. Ya Allah, sedih juga ya...
Lalu, ada 9,14% dari
total kasus baru kusta justru terjadi pada anak-anak. Bagi teman-teman yang
punya anak, moga Allah jaga kesehatan ananda selalu ya...
Kusta ini sebenernya
bisa diobati dengan cepat, dan jarang juga sih yang sampe menyebabkan kematian.
Cuman, berisiko untuk menyebabkan cacat.
Penyebab
Penyakit Kusta
Kayak yang udah saya
tulis, kusta merupakan infeksi suatu bakteri. Penularannya bisa dari
bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, misalnya armadillo.
Kemudian, ketika
menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta.
Bagi yang punya
gangguan sistem kekebalan tubuh juga ada kemungkinan tertular.
Kusta juga bisa
menyebar lewat ludah atau dahak dari penderitanya, kalau lagi batuk atau bersin
secara terus-menerus.
Tapi yang perlu diingat, penyebaran bakteri kusta ini berjalan secara perlahan. Jadi bukan sekali mereka batuk, trus kita langsung kena kusta ya. Bahkan ada yang penyebaran bakterinya ini sampe 20 tahun lebih.
Jadi kusta itu nggak
menular lewat salaman atau duduk bersama. Bagi para ibu hamil, kusta juga nggak
menular pada janin.
Ciri-Ciri
Gejala Kusta
Kita memang mesti aware dengan perubahan tubuh sendiri,
sekecil apapun. Termasuk dengan gejala kusta yang mesti kita pahami. Salah
satunya adalah ketika tungkai dan kaki menjadi lemah dan mati rasa.
Kemudian, kusta juga
bisa ditandai dengan munculnya lesi atau bercak pada kulit yang berwarna pucat
atau merah. Kalau saya lihat dari fotonya, kulitnya ini kayaknya jadi menebal
juga ya.
Berikut ini beberapa
ciri lainnya ya:
Kulit menjadi mati
rasa, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau
nyeri
Kulit tidak
berkeringat.
Kulit terasa kaku dan kering
Luka yang tidak terasa nyeri di telapak
kaki
Bengkak atau benjolan di wajah dan
telinga
Saraf membesar, biasanya di siku dan
lutut
Otot melemah, terutama pada otot kaki
dan tangan
Alis dan bulu mata hilang permanen
Mata menjadi kering dan jarang mengedip
Mimisan, hidung tersumbat, atau
kehilangan tulang hidung
Ketika ciri-ciri ini
rasanya ada, sebaiknya cepet-cepet ke rumah sakit atau puskesmas. Nanti akan
dikasih antibiotik yang diminumnya ini cukup lama. Ada yang 6 bulan, bahkan ada
pula yang sampe 1 tahun.
OYPMK
di Kehidupan Bermasyarakat dan Dunia Kerja
Rabu, 27 Juli 2022
lalu, bersama teman-teman bloggers lainnya, kami bergabung dalam live talkshow bersama KBR – sebuah
penyedia konten berita berbasis jurnalisme independen. Serta NLR Indonesia –
sebuah organisai non pemerintah untuk pemberantasan kusta.
Bersama para
narasumber:
Agus Suprapto,
DRG.M.Kes – Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan
Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI
Mahdis Mustafa – OYPMK Berdaya
/ Supervisor Cleaning Service PT. Azaretha Hana Megatrading
Rizal Wijaya – Host
Acara pun diawali oleh
Mas Rizal yang membacakan data tentang minimnya akses pekerjaan bagi para
penyandang disabilitas, termasuk pula untuk para OYPMK.
Pada tahun 2019,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari para disabilitas itu cuma
sebanyak 45,9%. Jadi dari 10 orang penyandang disabilitas, cuma 5 orang yang
masuk angkatan kerja. Artinya cuma 1/3 nya aja dari non disabilitas.
Kenapa gitu? Karena
penyandang disabilitas dan OYPMK ini dianggapnya kurang produktif, nggak layak
bekerja penuh, serta kemungkinan bisa merugikan perusahaan.
Hemm... Apa iya? Kami
pun selanjutnya menyimak sharing dari
Mas Mahdis, salah seorang OYPMK yang menjadi pegawai di sebuah rumah sakit.
OYPMK
– Bukan Berarti Nggak Bisa Berkarir di Perusahaan
Mas Mahdis mulai bekerja di PT. Azaretha sejak bulan Januari 2022. Tapi sebelumnya,
udah terhitung 4x beliau bekerja di perusahaan. Namanya lewat outsourcing ya, biasanya kan kontrak
kerja itu setahun sekali. Jadi ketika Mas Mahdis apply lagi, perbarui CV lagi, tetap dipercaya oleh perusahaan yang
baru.
PT. Azaretha bekerja
sama dengan sebuah rumah sakit di Kota Makassar. Makanya Mas Mahdis bekerjanya
di rumah sakit. Awalnya sebagai cleaning
service. Lalu sekitar 3 bulan, beliau pun naik jabatan sebagai Supervisor Cleaning Service.
Tuh kan, zaman sekarang
itu yang penting kita punya skill,
portfolio yang bagus, nggak lupa etika kerja yang baik. Mau dikata OYPMK
kek, tetap dapat peluang untuk naik jabatan. Keren banget loh ini...
Mas Mahdi juga berbagi
cerita, awal beliau terkena kusta. Berawal dari tahun 2010, orang tua pun
membawa Mas Mahdis ke puskesmas di kampung beliau. Tapi, bapaknya berpesan pada
dokter, tolong sembunyikan penyakitnya. Takut anaknya stres kan.
Lama-lama, Mas Mahdis
bingung. Katanya cuman kena alergi, tapi kok ya berobatnya sampe 9 bulan. Berawal
dari membuka label obat yang ditutup, Mas Mahdis pun jadi tau kalau itu
merupakan obat untuk kusta.
Nggak kebayang kagetnya
kayak apa ya. Tapi Mas Mahdis terus melakukan pengobatan hingga ke Kota
Makassar. Di sanalah beliau mencoba untuk melamar pekerjaan.
Insecure
tentu ada, karena kulit yang masih hancur-hancuran. Tapi keinginan beliau untuk
nggak pingin menyusahkan orang tua, pada akhirnya perusahaan outsourcing pun mau menerima beliau,
begitupun dengan rekanan perusahaan tempat bekerja.
Sekarang ini, Mas
Mahdis udah jadi Supervisor Cleaning
Service yang membawahi 2 tim, yaitu indoor
dan outdoor team di sebuah rumah
sakit di Makassar.
Pada tim outdoor, dari 10 pegawai, cuma 1 orang
yang non OYPMK. Mas Mahdis sengaja menempatkan teman-teman sesama OYPMK ini di
bagian outdoor. Biar pegawai lainnya
lihat, kalau OYPMK ini juga bisa kok produktif kerja dengan panas-panasan, dan
sebagainya.
Mas Mahdis cerita juga,
kalau salah satu kendala bagi OYPMK di dunia kerja, selain stigma yang masih
ada di beberapa perusahaan, masalah pendidikan pun juga kadang yang menjadi
halangan.
Orang-orang yang
terkena kusta kan mesti berobat dalam waktu yang cukup panjang. Ini pula yang
biasanya jadi mengganggu, andai mereka mau melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Kalaupun ada yang pendidikannya tinggi, biasanya mereka
nggak mau ngaku kalo OYPMK. Nggak semua tentunya ya...
Tapi, Mas Mahdis
meyakinkan. Ketika OYPMK dan teman-teman disabilitas juga, udah diberi
kesempatan untuk bekerja, tentu mereka akan bekerja sebaik mungkin.
Saya jadi ingat,
tentang sebuah kisah nyata seorang pilot yang mengalami musibah pesawatnya
jatuh. Beliau terbakar dan kulitnya rusak. Pada akhirnya, beliau bekerja
sebagai marketer di sebuah
perusahaan. Ternyata pencapaian target beliau jauh lebih tinggi. Nggak
dipungkiri, semua tentu karena saking bahagianya diberi kesempatan.
Mas Mahdis pun berpesan
bagi teman-teman sesama OYPMK, yang ingin melamar ke perusahaan. Tetaplah
berterus terang tentang OYPMK ini. Tanyakan dulu pada HRD, apa boleh OYPMK ikut
apply juga.
Seandainya diterima,
Alhamdulillah. Kalau nggak diterima, cari tau kenapa. Selanjutnya ya udah apply pada perusahaan lain aja. Toh
rezeki udah Tuhan atur kan. Yang penting tetap pede.
Kusta
– Kuncinya adalah Kebersihan
Selanjutnya kami pun
menyimak penjelasan dari dr. Agus. Biasanya, kalau kita menangani suatu
penyakit, lebih ke tentang pengobatannya ya. Kayak kusta ini, pendampingan
pengobatan selama 6 bulan atau 1 tahun. Begitupun dengan menguatkan mental
pasien biar nggak putus aja juga.
Tapi ternyata, pasca
pengobatan atau ketika orang-orang itu udah dinyatakan sembuh, juga ada
semacam pendampingannya. Bagaimana mereka hidup bermasyarakat, termasuk dalam
dunia kerja.
Oh ya, yang perlu kita
ingat, ketika seseorang udah dinyatakan sembuh dari kusta, artinya
mereka udah sama dengan orang-orang normal. Kesempatan kerja pun juga
seharusnya sama.
dr. Agus juga bekerja
sama dengan mitra kesehatan lainnya, misalnya yang menangani covid, TBC,
termasuk kusta. Untuk mengedukasi masyarakat Indonesia biar sehat selalu. Jadi
di beberapa daerah itu, masih banyak yang sinar matahari kurang masuk, sanitasi
yang kurang baik, dan sebagainya.
Pesan dr. Agus, jangan
lupa untuk selalu jaga kesehatan diri dan lingkungan. Perhatikan sanitasi,
kebersihan rumah, sekeliling, dll.
Oke, itu dia live talkshow yang saya simak tentang
OYPMK di dunia kerja. Moga bermanfaat bagi teman-teman juga ya. Makasih banyak
ya udah mampir...
No comments:
Post a Comment
Hai, temans... Makasih banyak ya udah mampir. Semua komen lewat jalur moderasi dulu ya :D Don't call me "mak" or "bund", coz I'm not emak-emak or bunda-bunda :P