Kampanye #SantapAman dengan melakukan Vaksin Tifoid, biar terhindar dari demam tifoid.
#SantapAman dengan Melakukan Vaksin Tifoid |
Apa kabar, teman-teman?
Bagi kita-kita yang
demen kulineran, salah satu yang membahagiakan tentunya, ketika di kota atau
daerah yang kita tinggal, udah mulai diizinkan lagi untuk kulineran di restoran
/ cafe / atau coffee shop ya. Termasuk juga kuliner gerobakan kaki lima dan
jajanan pasar lainnya.
Ketika Kangen Mie Aceh |
Begitupun dengan saya.
Pas nginap di rumah adek di Kota Padang pekan lalu, sekalian deh kulineran di
salah satu resto. Kalau di Kota Padang ini memang kulinernya lebih beragam
ketimbang di kampung. Jadi makanan atau minuman yang saya kangenin di Jakarta,
umumnya ada di Kota Padang ini.
Jadilah saya makan
malam barengan adek, suami, dan anak-anaknya. Yang terpenting kita tetap pakai masker,
kecuali lagi makan, yessss, hihihi...
Udah gitu kita ingatkan anak-anak adek juga, untuk cuci tangan dulu sebelum
makan. Dan nggak boleh kebanyakan mondar-mandir, hehe... Namanya juga bocah ya,
bosan juga kalau disuruh duduk terus.
Ada Teh Tarik Aceh Juga |
Pas saya ikut virtual gathering pekan lalu juga, saya
pun jadi tambah ilmu, akan prokes kita ketika kulineran, maupun take away dan pesan online. Apa ituuu...
Mari #SantapAman Saat Kulineran |
Kamis 11 November 2021 lalu, barengan teman-teman food bloggers, instafoodie, dan juga media, kembali saya ikut seseruan dalam virtual gathering. Kalau yang diundangnya para foodie, tentu temanya nggak jauh dari dunia makanan dan minuman ya, haha...
Dalam rangka
memperingati Hari Kesehatan Nasional pada tanggal 12 November 2021, Safori
Pasteur Indonesia mengadakan kampanye #SantapAman. Hemm... baik masak sendiri,
terlebih lagi ketika kita kulineran, santap aman tentunya sangat kita butuhkan
ya.
Kami pun dapat ilmu
yang banyaaakkk banget dari para narasumber. Ada siapa ajaaa...
dr. Dhani Arifandi T –
Head of Medical Sanofi Pasteur Indonesia
dr. Suzy Maria, Sp.
PD-KAI – Spesialis Penyakit Dalam
Chef William Gozali –
Chef & Food Youtuber
Saya masih ingat betul,
ketika pertama kalinya Jakarta dihebohkan dengan kedatangan Neng Corona. Saat
itu, banyak orang yang takut untuk membeli makanan dan minuman lewat jasa pesan
antar. Sementara untuk take away pun
udah susah, apalagi untuk makan minum di tempat ya.
Lalu prokes pun mulai
disosialisasikan, baik untuk para pemilik resto, pembeli, juga para bapak dan
ibu ojol food-nya. Terlebih makin ke
sini, vaksin Covid pun makin digalakkan. Terutama untuk para crew resto dan ojol food (semua ojol drivers
sih).
Jadi rasanya, udah
nggak cemas lagi untuk kita take away
atau pesan online. Bahkan di beberapa
tempat, dine in pun untuk mulai
diizinkan. Alhamdulillah...
Selama ini yang
digembar-gemborkan memang berhati-hati dengan Covid-19 ya, termasuk dalam
membeli makanan dan minuman. Pas virtual
gathering kemarin, kami – terutama saya deh, jadi makin peduli juga dengan
adanya bakteri pada makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Terlebih kalau
kulineran, yang kita taunya udah tinggal makan dan minum aja. Tau-tau, jadi
kena Food Borne Disease deh,
gara-gara abis kulineran.
Mengenal
Food Borne Disease
Mungkin teman-teman
juga udah pernah dengar ya, istilah Food
Borne Disease ini. Penyakit yang disebabkan oleh kuman yang masuk melalui
makanan atau minuman.
Kuman atau bakteri ini
ada yang melalui bahan pangan, cara memasak, wadah saji, packing, penyimpanan, termasuk juga dengan pengiriman. Bahkan dari
tangan crew resto yang kurang bersih
atau mereka adalah pembawa kuman ini, juga bisa menularkan kuman.
Nah kalau makanan atau
minuman itu kita konsumsi, nantinya bakalan kena demam tifoid. Yaitu infeksi
saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Di Indonesia
sendiri, dari 100 ribu penduduk di tiap tahunnya, ini ada 51 hingga 18 kasus
yang kena demam tifoid ini.
Gejalanya juga
macam-macam, namanya imun tubuh orang beda-beda ya. Ada bahkan yang tanpa
gejala, makanya kelihatannya ini orang sehat-sehat aja, tapi bisa menularkan ke
orang lain. Lalu ada juga gejala ringan, gejala berat, bahkan kalau udah
komplikasi bisa mengancam jiwa juga.
Ini dia gejala yang
biasanya terjadi karena demam tifoid ini. Ada yang kena demam tinggi hingga 39
– 40 derajat dan bisa lebih tinggi lagi saat malam hari. Ada pula yang kena
nyeri otot, sakit kepala, merasa nggak enak badan, pembesaran ginjal dan hati,
kelelahan dan lemas, berkeringat yang nggak kayak biasanya, batuk kering,
penurunan berat badan, sakit perut, hilang nafsu makan, diare pada anak, ruam
kulit, hingga linglung.
Wah banyak juga ya
gejalanya. Kalau mentemen abis kulineran trus ada gejala kayak di atas, jadi
bisa cepat antisipasi ya...
Vaksin Tifoid Sebagai Salah Satu Cara untuk Mencegah Terjadinya Demam Tifoid
Walaupun adanya ancaman
bakteri, tapi bukan berarti kita jadi parno untuk kulineran kan, haha... Selain
memang ingin menikmati makanan atau minuman itu sendiri, kulineran juga banyak
manfaatnya kok. Bisa untuk liburan bareng keluarga atau ketemu temen-temen, kan
enaknya sembari kulineran ya.
Yang terpenting,
perhatikan 3 hal ini ya:
Cuci tangan sebelum
makan, walau makannya menggunakan alat makan. Terlebih karena pandemi belum
juga usai ya, jadi kebersihan tangan juga sangat penting.
Hindari kontak, jangan
dulu berkumpul di tempat yang kelewat rame.
Lakukan Vaksin Tifoid
dulu.
Jujur aja, saya pun
juga baru ngeh lho tentang Vaksin Tifoid ini. Alhamdulillah jadi nambah info
untuk saya dan mungkin teman-teman juga ya, biar kita makin sehat di masa atau
sesudah pandemi ini.
Vaksin Tifoid ini bisa
dilakukan mulai anak-anak usia 2 tahun hingga orang dewasa. Jadi teman-teman
yang pingin ngajak anak-anaknya kulineran, icip-icip kids meal, makin aman deh.
Vaksinnya ini juga
cukup 1 dosis aja, tiap 3 tahun sekali. Bisa di rumah sakit maupun klinik yang
memang menyediakan vaksin tifoid ini.
Kalau udah prokes plus
vaksin tifoid juga, insya Allah kita bisa #SantapAman saat kulineran deh.
Karena #VaksinLindungikuLindungimu.
Saya pun walau senang
memasak, bukan berarti nggak senang kulineran juga, haha... Selain adakalanya
males masak, terkadang ada makanan dan minuman yang bikinnya rempong amat,
haha... Jadi mendingan beli aja.
Chef Willgoz pun
bilang, walau seorang chef pun tetap senang kulineran. Nggak semua makanan bisa
dibuat oleh semua chef, karena dunia kuliner itu memang luas. Ada makanan atau
minuman yang terkenal original atau
dengan kearifan lokalnya. Jadi sulit untuk ditiru oleh chef lainnya.
“Lagipula Chef itu
jarang masak di rumah. Udah capek masak di tempat kerjaan,” lanjut Willgoz.
Nah, jangan ada lagi
ya, war antara masak sendiri vs beli
matang, apalagi yang cuman masak alakadarnya, hahahhh.... Karena para chef aja yang jago masak, pada demen kulineran juga.
Untuk
Kita yang Ingin #SantapAman dengan Memasak Sendiri
Nah bagi kita-kita yang
demen masak, sebenernya kurang lebih sama sih cara prokesnya ya. Siapkan bahan
pangan yang segar. Begitupun cara pengolahannya, harus yang se-higienis
mungkin. Begitupun dengan wadah sajinya ya.
Kalau saya semua alat
masak dan wadah saji, walau bersih, tetap dicuci dulu sebelum dipake. Masaknya
jadi lama nggak apa-apa, yang penting udah yakin bersih, hehe...
Bahkan kata Chef
Willgoz pun, talenan itu harus dibedakan berdasarkan warnanya...
Talenan warna hijau
untuk sayuran, salad, dan buah.
Talenan warna biru
untuk seafood.
Talenan warna merah
untuk daging mentah (sapi, kambing).
Talenan warna kuning
untuk daging unggas (ayam, bebek).
Talenan warna coklat
untuk daging yang udah dimasak.
Talenan warna putih
untuk makanan siap santap (roti).
Nah, siapa yang
menggunakan 1 talenan untuk semua? Hahah... Nggak usah malu, ngaku aja. Saya
juga kok, hahahahhh... Cuss lah kita order
talenan beraneka warna di atas, biar makanan dan minuman kita terhindar dari
bakteri.
Santap Aman Saat Kulineran dengan Vaksin Tifoid Dulu |
No comments:
Post a Comment
Hai, temans... Makasih banyak ya udah mampir. Semua komen lewat jalur moderasi dulu ya :D Don't call me "mak" or "bund", coz I'm not emak-emak or bunda-bunda :P