Karena hutan adalah sumber pangan, pastinya menyedihkan sekali ketika hutan ditebang secara liar, bahkan dibakar dan pengerusakan lainnya. Bersama WALHI, mari kita jaga hutan Indonesia – untuk udara segar, cadangan air, dan pastinya untuk kelestarian kuliner Indonesia seperti rendang yang ternyata beragam jenisnya.
Hutan untuk pangan pada sepiring rendang |
Apa kabar, teman-teman?
Potongan daging sapi
yang dicampurkan ke dalam kuah santan dan bumbu pedas, lantas diaduk hingga
kuah santannya mengering, dan tampilan bumbunya pun jadi coklat kehitaman.
Hemm... selain saya, adakah teman-teman yang juga menjagokan rendang sebagai
makanan favorit?
Dibesarkan dalam
keluarga Minang, pastinya lidah kami teramat akrab dengan kuliner Minang, atau
yang lebih familiar dengan sebutan masakan Padang. Dari berbagai jenis kuliner
Minang masakan almarhumah nenek dulu, kami pun punya selera masing-masing. Ada
yang kurang senang menyantap gulai, adapula yang kurang suka menikmati asam
padeh. Tapiii... kalau almarhumah nenek udah memasak rendang, kami semua pun
kompak menyantapnya, haha...
Walau mungkin bukan
orang Minang, pastinya teman-teman juga udah sangat familiar ya dengan masakan gurih
nan pedas dari kampung kami ini. Jangankan orang Indonesia, dunia pun bahkan mengakui
kalau rendang itu makanan yang enak banget, haha...
Iya, betapa bangganya
kami sebagai orang Minang, ketika di tahun 2011 lalu oleh cnn.go, rendang dinobatkan sebagai makanan terpopuler no 1 di
dunia, kerennn...
Nggak cuma rasanya yang
pedas mantap aja, rendang juga dikenal dengan sebagai salah satu masakan yang
tahan lama. Makanya sejak dulu pun, kalau orang Minang berangkat haji dengan
kapal laut yang berbulan-bulan lamanya, atau pergi merantau ke daerah dan
negeri lain, rendang selalu dijadikan sebagai bekal dalam perjalanan.
Ragam Jenis Rendang di Sumatera Barat
Rendang daging sapi - Hutan untuk pangan |
Saya pun baru tau kalau rendang merupakan nama dari sebuah proses memasak, yaitu mengaduk masakan
tanpa henti. Randang atau marandang, begitu disebutnya. Proses memasak rendang
ini memang ada 3 tahapan, mulai dari gulai, kalio, hingga menjadi rendang.
Kalau gulai,
teman-teman pastinya udah tau dong ya. Sedangkan kalio bisa dibilang semacam
rendang setengah jadi, yang tampilannya masih berkuah kental dan berminyak
dengan warna coklat kemerahan. Kalio yang terus diaduk hingga minyaknya
mengering dan warnanya pun jadi coklat kehitaman, rendang pun siap untuk
disajikan.
Kalio Hati Sapi Kacang Merah - Hutan untuk Pangan |
Rendang memang identik
dengan daging sapi. Dalam 1 kilogram daging sapi, biasanya dipotong menjadi 20
potongan kecil. Daging sapi yang sering digunakan untuk memasak rendang ini
biasanya bagian paha, biar nggak cepat hancur pas dimasak berjam-jam lamanya.
Selain rendang daging
sapi serta daging kerbau, beberapa kota di Sumatera Barat juga memiliki masakan
rendang dari olahan lainnya. Biasanya memang mengikuti kekayaan alam yang ada
di daerah itu.
Di daerah Batusangkar,
rendang belut menjadi pengisi meja makan pas lagi ada acara besar. Rasanya pun
cukup unik, yaitu ada sedikit rasa asam karena memang bumbunya menggunakan
tambahan daun kedondong.
Lalu di daerah Painan,
di sini kita akan menjumpai rendang lokan atau kerang yang udah dikeluarkan
dari cangkangnya. Rendang lokan ini dimasaknya nggak sampai kering, jadi ya
kurang lebih macam kalio.
Bukittinggi yang
terkenal dengan kuliner bebeknya, juga memiliki rendang itik yang tampilannya
lebih berminyak, karena lemak yang dikeluarkan dari daging itik.
Berpindah ke kota Agam,
di pinggiran Danau Maninjau juga bisa dijumpai rendang pensi atau kerang yang
ukurannya cukup kecil.
Payakumbuh juga
terkenal dengan variasi masakan rendangnya. Ada rendang daun kayu yang
merupakan campuran dari beberapa dedaunan. Yang paling utama adalah penggunaan pucuk daun surian, salah satu tanaman hasil hutan. Selain dedaunan juga dimasukkan
olahan ikan, kayak ikan karuan, ikan gabus, atau ikan lele. Tambahan kelapa
parut yang dimasukkan, menjadikan bumbu rendang daun kayu ini jadi mengering,
dan dedaunan itu pun bisa jadi kriukk ketika disantap. Canggih ya...
Selain rendang daun
kayu, rendang tumbuk juga menjadi salah satu kuliner khas Payakumbuh. Daging
sapi yang ditumbuk hingga layaknya daging cincang, lantas dibentuk bulat mirip
bola-bola daging. Kemudian dimasak dengan adukkan yang sangat hati-hati biar
nggak hancur. Dimasaknya pun nggak sampai kering biar tetap empuk pas dimakan.
Ada rendang tumbuk dari bola-bola daging, adapula rendang runtiah berupa rendang dari daging sapi yang disuwir kasar.
Ada rendang tumbuk dari bola-bola daging, adapula rendang runtiah berupa rendang dari daging sapi yang disuwir kasar.
Rendang Telur - Hutan untuk Pangan |
Dulu pikir saya,
rendang telur merupakan bulatan atau ceplokan telur yang dimasak dengan bumbu
rendang, hehe... Ternyata rendang telur ini semacam kripik dengan bumbu rendang.
Iya memang dibikinnya dari adonan telur (macam adonan telur dadar) dan tepung
terigu dicampur tepung tapioka.
Selain itu ada rendang
apalagi? Rendang ayam tentunya. Dalam 1 ekor ayam, biasanya dipotong menjadi 8
bagian. Kalau ibu saya biasanya menggunakan ayam kampung, biar nggak gampang
hancur. Kemudian rendang paru, untuk yang doyan banget makan paru selain
digoreng balado.
Kalau orang Jogja punya
gudeg, orang Minang pun juga memiliki rendang cubadak alias rendang dari nangka
muda. Ini mungkin bisa menjadi pilihan bagi teman-teman yang udah nggak lagi
atau mengurangi konsumsi daging.
Dan nggak ketinggalan,
adapula rendang jariang alias rendang jengkol untuk para jengkolovers, haha...
Jengkol yang sedikit digeprek, jadi tampilannya tipis melebar, disantap dengan
bumbu rendang yang kering.
Ini yang nggak kalah
unik, yaitu rendang sapuluik itam alias rendang ketan hitam. Dari tepung ketan
hitam yang dicampurkan telur dan sedikit santan, lalu dikasih bawang merah,
bawang putih, dan garam biar gurih. Dimasukkan cetakan, dikukus, lalu dipotong
kotak. Pas kuah santan udah mengental menjadi kalio, dimasukkanlah potongan
sipuluik itam ini. Rasanya? Mirip dengan makan rendang hati, wow...
Hutan Sumber Pangan untuk Rendang dan Kuliner Indonesia Lainnya
Hutan untuk Pangan |
Olahan rendang boleh
bervariasi. Tiap daerah pun bisa menyajikan ciri khas rendang masing-masing.
Tapi, dari beragamnya jenis rendang yang ada, semua berawal dari satu tempat
yang sama... yaitu hutan.
Kuliner Minang atau
masakan Padang memang identik dengan pedas dan bersantan. Semua tentunya nggak
lepas dari sumbangsih hutan di kampung kami yang menghasilkan buah kelapa untuk
dijadikan santan.
Bagi saya yang hidup di
Jakarta, kelapa bisa dijumpai di pasar atau warung sayur. Bisa dalam bentuk yang
udah diparut, bahkan santan peras siap pakai pun juga ada. Tapi, untuk proses
memasak rendang di daerah asalnya, orang Minang juga punya cara yang unik untuk
mendapatkan buah kelapa dari hutan. Ibu saya pun masih menggunakan cara ini untuk memasak
rendang.
Pohon Kelapa, atau yang
orang Minang menyebutnya pohon karambia memang tumbuh subur – baik di daerah
pesisir pantai, di pinggiran sawah, di pegunungan, serta di pinggir danau. Ini juga yang bikin
kuliner Minang itu umumnya bersantan.
Dalam 1 kilogram
rendang, biasanya menggunakan 3 s/d 5 butir kelapa. Ini memang kurang lebih, karena
kelapa yang tumbuh di tanah yang berbeda, hasil santannya pun juga bisa
berbeda. Kelapa yang ada di daerah pesisir pantai, ini biasanya lebih manis serta
menghasilkan santan yang lebih banyak. Jadi pemakaian kelapanya pun juga bisa
dikurangi.
Lalu ini yang unik,
buah kelapa dari pohon yang tinggi-tinggi itu didapat berkat bantuan beruk atau
monyet terlatih. Jadi pemiliknya cukup berteriak, “tuo” atau “mudo”, maka si
beruk pun bisa ngambil sesuai perintah majikannya. Kelapa tua untuk memasak,
sedangkan kelapa muda untuk dinikmati langsung.
Pas pulang kampung
dulu, saya pernah melihat beruk yang lagi menjalankan tugasnya ini, haha...
Hebat banget ini beruk...
Kelapa tua yang udah
dipilihkan beruk, lanjut dikupas kulitnya dengan alat tradisional semacam golok
dan linggis yang ditancapkan di tanah. Cukup sulit, tapi para amak (ibu) can do it. Hebattt...!
Lanjut kelapa yang udah
tinggal batoknya itu dibelah dengan golok, kemudian diparut dengan alat kukur
kelapa. Selanjutnya kelapa parut pun siap untuk ditambah air dan diperas
santannya.
Suburnya hutan
Indonesia, membuat rendang nggak cuma ada di kampung kami aja. Rendang jadi
bisa kita jumpai se-Indonesia ini. Yang nggak cuma di warung nasi Padang aja,
tapi di warteg pun. Walau terkadang yang saya yang jumpai itu adalah kalio,
hehe... Kadang manis terasa ketika mencicipinya. Nggak apa-apa, karena di
mana bumi dipijak, di situ kita nikmati rendangnya. Memasak dan berjualan
makanan memang disesuaikan dengan selera penduduk lokalnya...
Kentang Kecil untuk Campuran Rendang - Hutan untuk Pangan |
Sumbangsih hutan
Indonesia sebagai sumber pangan pada sepiring rendang, nggak cuma buah kelapa aja. Dedaunan dan
rempah yang beragam banyaknya untuk memasak rendang, juga ada yang didapat dari hutan.
Begitupun dengan pelengkap rendang, kayak kentang bulat kecil-kecil, singkong
potongan dadu, kacang merah, bahkan rendang paru pun juga ada yang dicampurkan
dengan irisan kelapa.
Bersama WALHI, Mari Kita Jaga Hutan Indonesia
Bersama WALHI mari jaga hutan Indonesia untuk pangan kita |
Sumbangsih hutan
Indonesia memang banyak sekali ya untuk pangan kita, nggak cuma untuk sepiring
rendang aja, tapi juga berpiring-piring kuliner Indonesia lainnya. Tentunya
menyedihkan tiap kali kita dengar berita bahwa hutan Indonesia ditebang secara
liar, bahkan dibakar, serta pengerusakan lainnya juga.
Berjuang sendiri untuk
menjaga hutan di negeri ini, tentunya menjadi suatu hal yang sulit. Beruntunglah
di Indonesia ini ada WALHI - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Sebuah
organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia.
Mulai dari tahun 1980,
WALHI memang udah aktif mengupayakan penyelamatan dan pemulihan lingkungan
hidup di Indonesia. Selain sama-sama menjaga hutan dan perkebunan, kegiatan
WALHI juga berfokus pada air dan pangan, energi dan pertambangan, pesisir dan
laut, serta isu perkotaan.
Namanya juga organisasi
lingkungan hidup terbesar, saat ini WALHI pun punya anggota sebanyak 487 organisasi,
berupa organisasi non pemerintah dan pecinta alam. Individu yang bergabung pun
juga ada 203 dari 28 provinsi di Indonesia. Wow, mungkin sekarang juga udah
bertambah ya.
Yuk Menjadi Bagian dari WALHI |
Rasanya pingin deh
gabung penjadi tim pecinta lingkungan hidup, tapi ada hal-hal lain yang bikin
kita jadi nggak bisa? Kalau gitu mending kita sumbang donasi aja untuk kegiatan
WALHI, karena dana WALHI memang didapat dari sumbangan anggotanya.
Untuk lebih lengkapnya
mengenal WALHI, yuk kita ceki-ceki di web-nya
aja, di walhi.or.id
Selain menyumbang udara
segar dan menjadi cadangan penyimpanan air, hutan Indonesia juga berjasa banget dalam urusan pangan. Bersama WALHI, mari sama-sama kita jaga hutan dan
lingkungan hidup lainnya di negeri ini. Biar rendang dan kuliner Indonesia lainnya
bisa terus kita santap, dan menjadi kebanggan Indonesia di mata dunia.
Makasih banyak ya
teman-teman udah mampir. Yuk ikutan juga bercerita tentang makanan dari hutan
Indonesia bersama WALHI...
Kalau ini, cerita Mba Nurul dan Mba Ade tentang pangan dari hutan:
Manfaat Jamur Tiram Putih Sebagai Sumber dari Hutan
Kalau ini, cerita Mba Nurul dan Mba Ade tentang pangan dari hutan:
Manfaat Jamur Tiram Putih Sebagai Sumber dari Hutan
Pendukung
Materi:
Buku
Rendang Traveler, karya Uni Reno Andam Sari
Walhi.or.id
#PulihkanIndonesia
#RimbaTerakhir #WALHIXBPN
#HutanSumberPangan
#BlogCompetitionSeries
No comments:
Post a Comment
Hai, temans... Makasih banyak ya udah mampir. Semua komen lewat jalur moderasi dulu ya :D Don't call me "mak" or "bund", coz I'm not emak-emak or bunda-bunda :P