Apa kabar, teman-teman?
Belum lama ini, seorang
perempuan datang menemui saya. Apa dia mau tanya saya kapan nikah? Oh, bukan.
Kedatangannya itu karena dia tau kalau saya ini private teacher (tau dari cerita mamanya) dan seandainya ada yang
minta lantas nggak ke-handle, boleh
lah dilempar ke dia.
“Memangnya kenapa
pingin jadi guru privat?”
Saya mesti kepoin dulu
alasannya, karena saya tau kalau dia belum pernah ngajar sama sekali. Walau
tanpa saya tanya pun, saya tau apa yang ada di pikiran sebagian orang tentang private teacher... bayaran besar dan jam
kerjanya bebas.
“Karena waktunya
fleksibel,” jawab dia.
Nah kan. Karena dia
benar-benar awam dengan dunia ngajar, apalagi jadi private teacher, maka panjang lebarlah yang saya jelasin ke
perempuan ini. Jangan sampe yang dia dengar tentang private teacher itu cuma yang enak-enaknya aja.
Ini sekalian saya
berbagi info juga ke teman-teman ya, karena siapa tau ada yang berminat juga
jadi teacher, baik di lembaga kursus atau
ngajar privat. Kenapa nggak sekalian yang di sekolah? Saya belum pernah jadi
guru sekolah, jadi guru ekskulnya aja yang pernah.
Kalau di lembaga kursus,
ada yang jam kerjanya full time
layaknya orang kantoran. Pernah saya dapat yang jam kerjanya weekdays 10-6, sabtunya libur. Ada juga 8
jam kerja di weekdays, dan sabtunya 6
jam. Ada juga yang weekdays 6,5 jam,
lalu sabtunya 4 jam. Ini semua tergantung dari kebijakan lembaga kursusnya.
Yang sampai malam ada,
biasanya hitungannya jam 12-8. Di EF pernah buka lowongan kalau jam kerja full-nya sampai jam 9. Kalau saya kelas
malam hitungannya lembur, Alhamdulillah, haha...
Sebisa mungkin saya tolak karena ngajar kelas malam itu ngantuk banget.
Lalu kalau untuk freelance teacher, jam kerjanya ada yang
persesi. Ini bebas mau ngambil berapa sesi dalam sehari dan mau hari apa aja.
Saya pernah ninggalin kerjaan full time lantas
beralih ke freelance karena lagi
skripsian.
Kalau private teacher, nggak jauh beda dengan freelance teacher. Saya bisa ngatur kapan
mau ngajar, main instagram, dan ngayap. Cuma tetap mesti ngatur waktu dengan
anaknya. Ngatur waktu ini juga bukan perkara gampang. Anak-anak sekarang itu
pulangnya sore dan kegiatannya buanyakkk... Kalau ngajar dua kelas, saya bisa
pulang jam sembilan malam, haha... Mulainya abis Ashar sih.
Untuk murid kelas 1 dan
3 Bilingual Primary School, saya
ngajar English, English Math, dan English Science. Misalnya mereka mau
ulangan, saya diminta datang tiap hari dan ngajar semua pelajaran. Iya sih, cuma
bantuin ngapalin aja.
Kalau yang kelas 5 SDIT saya
ngajar English dan Matematika. Yang
kelas 2 SMA baru saya ngajar English
aja.
Masalah fee, ini tergantung kesepakatan. Ingat
juga kemampuan dan jam terbang. Nggak semua parents
nyari yang master, yang penting anaknya cocok dan ada kemajuan. Mesti dihitung
ongkos ke rumahnya juga. Kalau saya hitungan ongkosnya ojek online.
Lalu kalau diminta
ngajar lebih, gimana fee-nya? Ini
kembali lagi ke kesepakatan. Tapi kalau saya karena parents itu pada baik-baik banget, ngasih ini itu yang mahal-mahal,
malu saya kalau mau perhitungan, haha...
Apa harus bisa semua
pelajaran? Ya enggak sih. Ada kok parents
yang mintanya cuma English atau Matematika
aja. Atau mengaji aja. Tapi untuk anak-anak, biasanya parents lebih suka yang gurunya bisa semua pelajaran, setidaknya English dan Matematika deh. Kalau
muridnya dari bilingual atau international school, mintanya English, English Math, dan English Science.
Apa ada guru yang bisa
macem-macem dan bayarannya nggak tinggi? Ada. Inilah persaingan! Rejeki memang udah
diatur tapi ikhtiarnya tetap ya. Pelan-pelan pelajarilah subject yang lain biar nggak digilas persaingan.
Kalau saya bayarannya
banyak, nggak? Tanya gih sama mamanya murid-murid saya, hahaha...
Kalau kerja full time, gajiannya ya bulanan. Tanggal
merah libur dan tetap ada gaji. Kalau THR sih umumnya dapet. Kalau BPJS, hak
cuti, ini tergantung dari kebijakan lembaga kursusnya.
Kalau freelance teacher di lembaga kursus yang
fee-nya persesi, ya dihitungnya
sebanyak sesi kita ngajar selama sebulan. Kalau tanggal merah libur, ya nggak
dibayar. Untuk hak THR, biasanya hanya bingkisan. Sekali lagi, kembali ke
kebijakan lembaga kursusnya.
Lalu kalau private teacher, ini tergantung
kesepakatan juga. Kalau saya ada yang bulanan, ada yang hitungannya per-delapan
sesi. Kalau tanggal merah, tergantung kesepakatan aja mau masuk atau libur,
atau ditukar ke hari lain. Untuk THR, ada yang pernah ngasih uang dan lebih
banyak ngasih hadiah.
Oh ya, uang THR itu sebenarnya
dari gaji perbulan juga kan. Kalau freelance
dan private teacher itu kan di setiap
datang dibayar, jadi nggak ada duit yang ter-pending, haha...
Libur kenaikan kelas
dan hari raya, ini liburnya lama kan. Ya nggak punya duit dari ngajar lah saya,
hahahah... Kalau full time teacher di
lembaga kursus, saya tetap dibayar. Nah pikir-pikir deh kalau mau jadi freelance atau private teacher, haha... Mesti
punya income lain.
Kalau ngajar privat itu
muridnya cuma satu atau dua kakak adik, ngajarnya duduk (kalau di lembaga
kursus biasanya nggak boleh duduk selama ngajar, apalagi pas nerangin), anaknya
ngerjain soal lalu saya makan, trus pulang sering banget disuruh makan (siang
atau malam) dulu dan dikasih tentengan. Bahagia, iyalah, haha...
Punya murid cuma satu
dan dia nggak punya teman ngobrol seumuran, peluang bosannya lebih besar.
Apalagi kalau kita ngajarnya cuma satu pelajaran untuk 1,5 jam, udah gitu
ngajarnya kelewat kaku. Kalau murid-murid saya enaknya pada tukang cerita,
haha... Yang repot kalau anaknya pendiam. Udah gitu kalau ngajarnya dua atau
tiga pelajaran, tukar pelajaran juga jadi solusi atasi bosan.
Mama mereka sih kalau
kedengeran anaknya ngobrol nggak masalah, sambil ngerjain latihan atau PR biasanya.
Kalau ngomong mulu atau nulisnya lama, ya mesti ditegur juga. Oh ya, ada juga
anak yang alasannya mau ke kamar mandi lah, mau minum lah. Mesti tegas juga
bikin aturan, mereka boleh makan minum pas udah selesai latihan atau di menit
ke sekian. Ke kamar mandi juga ditentukan, misal bolehnya 2 kali, haha...
Kadang anaknya ngantuk
juga, ini biasanya saya kasih nonton kids
song atau animasi Science di youtube.
5 menit lumayan, tapi artinya jam belajar jadi melar. Makanya nggak bisa juga
berpatokan bener-bener 1,5 jam. Kalau ngajarnya lebih dari satu tempat, jangan
kelewat mepet juga ya atur waktunya.
Oh ya, untuk masalah
negur anak, so far murid-murid saya
yang sekarang sopan-sopan. Pernah punya murid, pas malas-malasan saya tegur,
lalu dia bilang gini,
“Miss datang ke rumah
aku, trus Miss marah-marahin aku. Aku nggak senang.”
Karena mamanya sendiri juga
kurang tegas, pas udah sebulan saya stop.
Lalu materi pelajaran
kalau di privat lebih ke pelajaran sekolah aja. One or two steps ahead. Ini salah satu keunggulannya belajar
privat.
Kalau di lembaga, misal
ada satu dua anak yang prestasinya nggak upgrade,
kita nggak langsung dipecat. Anak keluar pun akan ada gantinya lagi. Kalau
privat, ya nggak langsung dipecat juga sih tapi kalau di bulan selanjutnya
masih stuck, kemungkinan lanjut ya
sulit. Jadi ya nggak bisa dibilang santai juga kerjaannya.
Sebagian besar dari
kebaikan teman-teman sesama teachers juga.
Umumnya mereka guru sekolah, jadi ada aturan nggak boleh ngajar privat murid
sendiri. Ada juga dari murid-murid lembaga yang saya pernah ngajar, lalu mereka
hubungi saya.
Merekomendasikan orang,
walau kami teman akrab juga nggak sembarangan. Yang kami rekomendasikan tentu orang-orang
yang udah pernah kerja apalagi pernah kerja bareng kami. Orang itu mesti jujur
juga, karena ada parents yang ngasih fee diawal. Maaf, ada juga lho teman
yang udah terkenal banget tukang ngutang ke parents.
Walau butuh uang, tapi kalau untuk kami, nggak bijak rasanya ngutang ke parents atau minta fee sebelum waktunya. Cara dia berpakaian juga jadi penilaian kami.
Lah kenapa kami yang
rempong sih? Ya karena inilah yang ditanya parents
dan kalau kenapa-napa kan kami yang malu. Pernah saya rekomendasikan
teman, ngajar sekali udah dibayar untuk sebulan ke depan, besoknya cancel dua pertemuan dengan alasan dia
ada deadline di lembaga kursus.
Ngamuklah mami anak ini ke saya (bukan ke teman yang ngajar ya), minta stop aja
dan balikkin uangnya.
Kalau orang yang belum
pernah ngajar sama sekali, apa saya akan merekomendasikan dia? Kalau saya
tidak! Saya lebih rekomendasikan ke lembaga dulu aja, biar ikut training ngajar dulu di sana.
So
far
segini aja sih sharing-nya tentang course teacher vs private teacher berdasarkan pengalaman saya. Mungkin ada
teman-teman teacher atau yang pernah
jadi teacher bisa nambahin. Makasih
ya udah mampir...