Apa kabar, teman-teman?
Kala itu, sepulang dari
rumah tetangga, almarhumah nenek bilang gini, “Kata papanya si itu, kuliah yang
bagus itu ekonomi, biar nanti bisa kerja di kantor.”
“Anak-anak dia yang
cewek sekarang pada kerja di kantor, nggak???” balas saya nyantai tapi nyebelin,
haha...
Mungkin sama kayak
teman-teman saat dulu menjelang kelulusan SMA, orang-tua kita kepo bertanya,
apa yang akan kita pilih untuk selanjutnya. Bahkan ada juga ya yang udah
ditentukan sama orang-tuanya, “Kamu nanti harus kuliah di kampus A jurusan B.” “Kamu
nanti nggak usah kuliah, langsung bantuin jaga toko papa aja. Langsung jadi asisten bos...”
Atau mungkiiinnn... “Nggak
usah kuliah, nggak usah mikirin kerja. Jodoh buat kamu udah mama-papa siapkan. Begitu
lulus, langsung lamaran, dua jam kemudian... nikah!!!"
Nah kalau saya,
walaupun mungkin nggak ada yang nanya, tapi saya mau cerita yaaaa... Menjelang
kelulusan SMA dulu, yang saya pikirkan adalah... saya harus kuliah di jurusan
yang nantinya saya akan punya skill
untuk cari duit di rumah. Jadiii... kalau suatu saat nanti saya dikondisikan
nggak bisa lagi bekerja di luar rumah (bayangan saya kalau udah punya anak),
saya tetap bisa cari duit dari rumah aja. Punya laki yang tajir melintir
bukanlah angan yang mondar-mandir di benak saya, karena memang nggak ada figur kayak gitu dalam keluarga besar ibu saya. Saya pun jadi lebih
realistis memandang sebuah rumah-tangga.
Lalu yang ada di
pikiran saya adalah... saya pingin menjadi translator,
karena cuma ini pekerjaan yang saya tau yang bisa dikerjakan di rumah. Sastra
Inggris lah yang saya pilih pada akhirnya.
Entah mungkin karena papa
si tetangga yang kepo atau memang almarhumah nenek yang cerita duluan,
keluarlah obrolan kayak gitu. Walau awalnya nenek sempat terpengaruh
juga dengan omongan si A, B,C, D yang pada bilang kalau kuliah yang bagus itu
ekonomi, saya sih bodo amat. Saya nggak bilang kalau kuliah di jurusan ekonomi
itu jelek, tapi itu bukan pilihan saya. Suka-suka orang yeee...
Selesai skripsian
sembari menunggu wisuda, saya mulai hunting
kerjaan. Saya memang nggak punya cita-cita kalau pingin kerja di bidang
tertentu. Menjadi translator, itu cita-cita
kalau nanti kerja dari rumah. Entah ini benar atau enggak, yang pasti... saya
jadi lebih fleksibel untuk mencari rezeki, yang penting halal dan terhormat.
Oh ya, dulu hidup saya diisi dengan kekerasan verbal dan fisik, tapi saya cuma
bisa terdiam tanpa perlawanan karena biaya sekolah di tangan orang ini. Melarikan diri
artinya sekolah akan terbengkalai dan saya nggak punya modal untuk cari duit,
makin suram lah hidup saya nantinya. Kemana orang-tua saya? Kala itu saya punya
hubungan yang nggak baik dengan papa. Ini juga yang bikin saya jadi makin
realistis menjalani hidup. Saya nggak punya impian profesi tertentu karena
impian saya cuma pingin punya uang. Jadi kalau disakiti lagi, saya bisa pergi.
Jadi jangan remehkan anak broken home,
karena belum tentu pahitnya hidup bisa kau taklukkan, ehciehhh...
Hingga takdir pun
membawa saya menjadi English teacher
di beberapa lembaga, pernah buka private
teacher agency bareng teman, pernah buka bimbel bareng teman juga. Dan
sekarang jadi private teacher. Hayati
lagi lelah terikat bekerja 8 jam di lembaga. Mohon doanya semoga begini ya seterusnya.
Sebenarnya udah
lama saya melihat cover buku Sukses Bekerja dari Rumah ini wara-wiri
di timeline facebook-nya Stiletto Book, penerbitnya buku ini.
Wah yang nulis mba Brilyantini alias mba Bril, ucap saya saat itu. Nama mba
Bril dulu saya tau dari majalah Sekar, eh ini kalau nggak salah ya, karena ada
beberapa cewek-cewek hebat dari majalah wanita yang akun twitter-nya saya follow.
Saya pun kembali
teringat akan impian untuk bekerja dari rumah seperti beberapa tahun yang lalu.
Pikir saya, dengan membeli buku ini, saya akan banyak dapat “modal” untuk
nantinya bekerja hanya dari rumah. Eh tapinyaaa... malah lupa mau beli
buku ini, haha...
Sampai akhirnya, saya
lihat mba Herva upload cover buku
ini. Inget lagi lah saya mau beli. Makanya jangan suka ngatain kalau ada orang
yang endorse ini itu, selama bukan
narkoba dan barang ilegal lainnya ya, haha... Mungkin buat si nyinyir, ini satu
hal yang nggak penting. Tapi buat orang lain, ini info yang penting banget.
Langsung saya tanya ke
IG-nya @stiletto_book dan
Alhamdulillah bukunya masih ada. Harganya berapa? Eh saya lupa, haha... karena
kalau beli online kan ada diskon.
Tanya aja langsung ya... Atau mungkin ada teman yang udah beli bisa share juga. Oh ya, kalau mau beli buku
ini saran saya sih langsung ke Stiletto
Book aja, karena mungkin yaaa.... bukunya udah nggak ada di toko buku.
Lagipula kalau beli langsung ada diskonnya. #ModisGarisKeras
Trus ini buku isinya
apa aja???
Buat yang belum baca,
jangan bayangin kalau ini buku berisi motivasi tentang cara dapet duit
berjuta-juta hanya dari rumah, yang disampaikan dengan berapi-api. “Jadi kita
cukup jengkang-jengkang dari rumah aja, sodarah sodarahhh... Rekening kita
bakalan terus terisi sampai luber. Mari gabung di bisnis ini, lalu biarkan
bisnis ini bekerja untuk anda.” Haaaa... kagak banget dah pokoknya.
Sukses
Bekerja dari Rumah merupakan buku panduan plus sharing tentang suka dukanya menjadi
seorang pekerja (khususnya untuk perempuan) dari rumah. Buku ini mengajak
kita-kita untuk berpikir secara realistis sebelum akhirnya memutuskan untuk
bekerja dari rumah.
Di bab satu aja
dideskripsikan tentang suka dukanya bekerja dari rumah. Nggak segampang itu juga
untuk bisa sukses bekerja dari rumah. Tapi kalau rasanya kita udah siap, yuk mari
lanjut...
Nah di bab duanya, saya
jadi dapat banyak gambaran tentang jenis-jenis pekerjaan yang bisa dikerjakan
dari rumah. Tinggal kita cocok-cocokin deh dengan skill yang kita punya. Lah trus kalau satu pun nggak ada yang kita
bisa gimana? Kalau memang ada yang tertarik, ya pelajari aja. Kalau saya sih misalnya
udah bicara tentang duit, yang nggak bisa mesti mati-matian dibisain, haha...
Lalu di bab tiga, nah
ini. Biasanya kalau mau membangun sebuah bisnis di rumah, yang jadi kendala itu
modalnya. Jadi paid bloggers kudu
punya modal juga kan. Laptop dan
kopi misalnya. Di sini mba Bril juga jabarin darimana aja sumber modal yang
bisa kita ajukan. Misalnya ke Dimas Kanjeng bank, koperasi, dan
sebagainya. Pokoknya tempat-tempat yang aman deh.
Pada bab selanjutnya,
ada cara-cara tentang strategi marketing, pentingnya membangun jaringan –karena
hidup itu bersinergi, bukan merasa hebat sendiri, hasyekkk. Ada juga apa aja
printilan yang mesti disiapkan untuk “berkantor” di rumah, cermat mengatur
keuangan karena kita mesti menggaji diri sendiri kan, dan nggak lupa... saatnya
bersenang-senang. Ini maksudnya cara menyiapkan waktu dan keuangan untuk
liburan. Bekerja dari rumah juga butuh piknik kan, biar nggak nyinyir.
Dan pada bab terakhir,
ada juga sharing dari beberapa
perempuan yang udah terbilang sukses dengan profesi mereka yang dijalankan dari
rumah.
Karena hidup ini penuh
kejutan, jadi kalau buat saya sih... ada baiknya untuk kita-kita yang bekerja
di luar rumah juga ikut membeli lalu membaca buku ini. Karena suatu saat, yah
sapa tau kan yah, pas ada kesempatan untuk berkarier dari rumah, kita akan
jauh lebih siap.
Kalau yang sekarang ini
udah pada punya pekerjaan dari rumah, mungkin bisa untuk menambah ide, biar
makin sukses dengan karier-nya.
Apapun itu,
bersyukurlah dengan rezeki yang kita terima saat ini, entah dari luar atau
dalam rumah, begitupun yang melalui suami. Dan terus persiapkan diri untuk
rezeki di masa depan, biar makin banyak juga sedekah kita. Ini lama-lama napa saya
jadi macam ustadzah gini yak???