Apa kabar, teman-teman?
Pertama kalinya menjadi English teacher itu ketika
saya terdampar di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris. Tempat les ini memang
dekat dengan beberapa sekolah Katholik, jadi sebagian besar murid-murid kami
merupakan keturunan Tionghoa dan non muslim, termasuk yang bukan keturunan
Tionghoa. Tapi tempat les ini untuk umum sih.
Lalu pas udah nggak
lagi kerja di sana, salah seorang murid saya dari tempat les itu SMS, minta
saya untuk ngajar privat dia dan adiknya.
“How
you know my number?” tanya saya pas udah mulai ke rumahnya.
“Your
friend,” balas dia nyengir.
Friend
yang
dia maksud ini teacher yang masih
kerja di sana. Nggak lama kemudian si friend
ini bilang ke saya, “Eh, si Ardy sama Tony udah nggak les di sini lagi.”
Haha...
Saya sih bodo amat. Lah
mereka yang curhat ke Mamanya, “Miss Nita udah nggak ngajar lagi,” cerita
Mamanya.
Bukan berarti cara
ngajar saya bagus banget ya, cuma umumnya anak-anak memang malas ganti-ganti
guru, apalagi kalau udah lama sama si guru itu.
“Tanya gih nomer hp-nya Miss Nita sama Miss yang ada di
sana. Siapa tau bisa diminta ngajar ke rumah aja,” kata Mamanya.
Oke lanjut, sebelum
saya malah ngalor-ngidul. Lalu murid privat saya pun nambah. Masih dari tempat
les yang dulu, cuma tempat lesnya waktu itu udah tutup. Si friend yang rekomendasikan.
Saya ngajar Yola. Abis
itu karena si friend ada kerjaan lain
yang mesti ngelepas beberapa murid privatnya karena waktunya bentrok, saya pun handle Vivie dan Jordy, adeknya Yola.
Jadilah sekeluarga ini saya yang ngajar, udah delapan tahun lebih rasanya.
Ganti-ganti ngajar di lembaga udah berapa kali tapi ngajar mereka mah awet,
haha... walau sekarang tinggal yang Jordy aja karena dua kakaknya udah lulus.
Karena hidup di
lingkungan bos, orang-tua murid, serta murid yang keturunan Tionghoa, tiap kali
menjelang Imlek, saya pun jadi terbiasa dengan beberapa cemilan khas Imlek.
Apalagi kalau ke rumah Yola, Vivie, dan Jordy, karena memang paling lama ngajar
ke rumah mereka.
Lalu apa aja sih
cemilan yang biasa saya icip kalau lagi menjelang Imlek? Eh kok kenapa cuma
cemilan? Ya kan menjelang Imlek, bukan di hari acaranya. Dan lagi, kalaupun
makanan utama itu udah ada yang menyiapkan, tapi biasanya ada bahan yang non
halal. Makanya mereka nggak mau ngasih. Karena dulu belum kerudungan, jadi awal
banget ngajar, Mama mereka selalu pada tanya, “Miss Nita, maaf, Miss Nita
agamanya apa ya? Biar aku nggak salah ngasih makanan.”
Ini dia pasukan cemilan
khas Imlek yang selalu saya icip di
setiap tahunnya, entah disuguhin pas ngajar atau untuk dibawa pulang.
Kue
Keranjang
Dari semua cemilan yang ada, kue keranjang ini yang paling sering saya terima. Dulu malah waktu pas ngajar di tempat les dan buka bimbel, bertubi-tubi kue keranjang saya dapat, haha...
Kue keranjang alias Nian
Gao, atau yang lebih ngetop dengan sebutan dodol Cina, merupakan
perpaduan tepung ketan, gula merah, lalu dicampurkan dengan air dan diaduk
sampai kental. Abis itu dimasukkin ke dalam cetakan, trus dikukus deh. Makanya disebut
kue keranjang karena wadahnya kayak keranjang.
Nian Gao
sendiri asalnya dari dua kata. Nian yang artinya tahun dan Gao yang
artinya kue. Gao juga bisa diartikan “tinggi” kalau ngomongnya dengan
intonasi yang beda. Eh saya pernah nih nyimak murid belajar intonasi bahasa
Mandarin trus dia nasihatin saya pula, “Miss Nita ngajar bahasa Inggris aja
muridnya udah banyak. Belajar bahasa Mandarin juga dong, biar Miss Nita makin
banyak duit.” Hahaha... nyerah dah, bahasa Mandarin susaaahhh... Mendingan jadi
buzzer ajah, ehhh...
source: resephariini.com |
Lanjut ke kue
keranjang. Biasanya kue keranjang ini disusun hingga tinggi atau bertingkat,
dan makin ke atas makin kecil. Saya pun jadi tau, pantesan nerima kue keranjang
ada yang ukurannya besar dan kecil. Mau ngasihnya yang mana, saya mah nerima
aja, haha...
Makna dibalik kue
keranjang ini adalah untuk peningkatan rezeki dan kemakmuran. Kue keranjang
yang disusun secara bertingkat juga menjadi simbol kehidupan yang manis dan
menanjak. Lalu kue keranjang juga menjadi simbol perekatnya hubungan
kekeluargaan, persaudaraan, dan pertemanan. Ini juga mungkin ya makanya kue
keranjang itu dibagi-bagi ke orang lain.
Untuk tahun ini, saya
nerima kue keranjang dari Mama Jordy. Besoknya yang satu langsung saya goreng
pakai tepung roti aja. Bahan-bahan dan cara masaknya sumper simple. Ini dia bahannya-bahannya:
Kue Keranjang Tepung Roti |
Lalu cara masaknya:
Kocok telur.
Gunakan satu dulu aja. Siapa tau cukup.
Belah empat kue
keranjang, lalu iris tipis. Iya kalau kelewat tipis banget memang susah kalau
saya sih, karena kan lengket. Iris sebisanya aja, haha...
Gulingkan potongan kue keranjang ke dalam telur, lalu
gulingkan lagi ke tepung roti.
Panaskan minyak dan
margarin, lalu goreng adonan kue keranjang hingga kuning kecoklatan dengan api
pelan.
Jadinya banyak juga ini
dan rasanya jadi nggak terlalu manis.
Jeruk
Mandarin
source: batamnews.co.id |
Biasanya saya kalau
dikasih jeruk mandarin ini buat dibawa pulang. Jeruk mandarin
disajikan selama malam Imlek. Oh ya, untuk penyajiannya ini nggak boleh
jumlahnya empat atau kelipatan empat, karena angka empat dianggap sebagai angka
sial.
Kalau di Tiongkok sana, jeruk Mandarin memang buah yang berlimpah. Baik yang besar maupun yang kecil, keduanya punya makna yang baik. Jeruk mandarin yang besar bermakna kekayaan, sedangkan yang kecil bermakna keberuntungan.
Kalau di Tiongkok sana, jeruk Mandarin memang buah yang berlimpah. Baik yang besar maupun yang kecil, keduanya punya makna yang baik. Jeruk mandarin yang besar bermakna kekayaan, sedangkan yang kecil bermakna keberuntungan.
Saya kalau dikasih selalu lebih dari empat dan nggak pernah perhatiin, itu besar atau kecil. Pokoknya langsung bagi-bagi ke orang rumah.
Kue
Lapis Legit
Source: beres.id |
Kalau ini biasanya
disuguhin pas ngajar. Kue lapis yang saya suka icip itu lembut banget dan amis
telurnya nggak berasa sama sekali. Harganya memang mahal dan bikinnya itu di special moment aja kayak Imlek atau
perayaan lainnya.
Iya lapis legit mah emang banyak yang jual kapan aja, tapi yang saya cobain itu yang edisi khusus Imlek, karena harganya yang mahal itu.
Iya lapis legit mah emang banyak yang jual kapan aja, tapi yang saya cobain itu yang edisi khusus Imlek, karena harganya yang mahal itu.
Kue lapis legit ini melambangkan rezeki yang berlapis-lapis.
Permen
source: resepajib.com |
Kalau aneka permen ini
biasanya murid-murid yang suka ngasih. Ya namanya juga makanan anak-anak ya,
hehe... Permennya nggak kayak gini deng, tapi pokoknya permen.
Biasanya di hari Imlek,
nanti tamu-tamu yang datang akan disuguhi candy
box yang isinya berbagai macam
suguhan dari “Baki Kebersamaan” atau “Tray
of Togetherness”. Kalau murid-murid saya biasa naroknya di toples besar
aja. Kadang isinya dicampur coklat juga. Kalau ada permen dan coklat, tebak...
Miss Nita pilih yang mana? Haha...
Permen dan sejenisnya ini melambangkan awal kehidupan yang manis untuk awal di tahun yang baru.
Kue
Bulan
Source: evouucher.co.id |
Kalau yang saya baca
sejarahnya, kue bulan atau moon cake
ini untuk menyambut datangnya musim gugur. Tapi pernah saya dikasih ini pas
menjelang Imlek, hehe...
Kue bulan ini layaknya
bulan purnama. Jadi pada saat bulan purnama, anggota keluarga akan berkumpul
(misalnya yang rumahnya udah pada jauh-jauh) untuk menyantap kue bulan.
Maknanya adalah untuk menjalin kebersamaan antar keluarga.
Kalau di Tiongkok,
Festival Kue Bulan ini menjadi perayaan besar kedua setelah Imlek.
Kue bulan yang saya
terima itu dulu dari Mama Jordy juga. Satu kotak isinya empat. Rasanya kayak semacam
kue bolu tapi kering dan di dalamnya ada ketan hitam padat banget. Walau nggak terlalu besar, tapi
makan setengah aja kenyang banget.
Yeps...
ini dia 5 cemilan khas Imlek yang saya icip tanpa harus meminta-minta atau
nyindir-nyindir minta ditabok. Untuk sejarah dibalik kuliner ini, saya bacanya
di www.tionghoa.info dan www.ragamkuliner.com Kalau ada yang
salah, mohon koreksinya ya.
Menyenangkan rasanya
bisa tau banyak tentang kebudayaan lain. Bagi saya, semua makna dibalik cemilan
khas Imlek ini mengerucut pada satu kesimpulan... berkata dan berharaplah yang baik-baik ketika
makan dan setelah makan. Jangan malah makanan dijadikan biang keladi pipi chubby, perut buncit, timbangan naik, dan sebagainya. Dan tak lupa untuk berbagi, bukan celamitan meminta.
Kalau teman-teman
sendiri ada yang merayakan Imlek di sabtu besok? Untuk teman-teman yang
merayakan, saya mengucapkan:
Makasih banyak ya udah
mampir...